Rabu, 30 September 2015

Karena Berdiri Adalah Bertahan




 

            Berdiri. Mungkin tidak semudah sekedar menapakan kaki pada sebidang tanah. Bukan sekedar mampu menegakkan otot-otot yang semalam tidur nyenyak. Bukan juga untuk menentang langit apalagi menghantam apa yang di depan. Berdiri itu adalah soal bertahan. Bagaimana bertahan jika tubuh digoyahkan. Bagaimana bertahan bila hujan badai sempurna mengguyur badan yang tak bersalah. Bagaimana bertahan pada panas terik yang membakar kulit. Berdiri adalah soal bertahan. Bertahan pada pilihan sesulit apapun keadaan. Sesulit apapun hingga kau benar-benar telah berdiri pada titik lelah. Sekali lagi, berdiri adalah soal bertahan, sayang. Jika tubuhmu goyah oleh terpaan angin, bertahanlah dengan seimbangmu. Jika hujan jatuh mengguyur tubuhmu yang gagah itu, bertahanlah akan dingin yang siap memelukmu. Jika panas terik menyengat kulitmu yang hitam manis itu, tetaplah bertahan sayang. Kau akan tetap menjadi yang termanis disini.
            Berdiri adalah bertahan sayang. Kau tahu, sungguh aku berusaha berdiri untuk bertahan. Lebih tepatnya mempertahankan. Karena kehilangan adalah menyakitkan. Karena kehilangan adalah takdir yang tak ingin aku temui. Dan karena kehilangan akan mengubah semua menjadi kisah yang akan ditinggal. Beranjak waktu, semua yang telah hilang akan muncul sebagai sebuah memori yang berharap hilang. Sebagai sebuah gambar yang tak ingin muncul. Sebagai sebuah video yang tak ingin diputar lagi. Karena kehilangan itu bukan inginku, sayang.
            Sayang, tahukah kamu? Bertahan denganmu adalah dengan berdiri. Berdiri menentang dengan lantang. Tanpa peduli seonggok raga sebenarya tak punya daya. Berdiri menghadap siapa saja yang datang menghadang. Mencoba menepisnya meski tak semudah yang dibayangkan. Berdiri menjagamu lebih sulit daripada harus menentang matahari. Lebih sulit bila harus menjaga tubuh agar tak goyah. Kau tahu mengapa? Karena kau lebih berharga dari semua itu sayang. Bagaimana bisa aku berdiri untuk bertahan jika tak ada tangan yang memelukku dari belakang. Bagaimana bisa aku berdiri tegak bila tak ada pria hebat yang berdiri di depanku. Bagaimana bisa aku berdiri kalau tak ada tubuhmu yang gagah disampingku. Aku berdiri untuk mempertahankan. Untuk bertahan. Kepadamu.
            Jika memang suatu saat aku harus terbaring karena aku goyah, tolong pastikan tanganmu yang menangkapku. Jika memang tidak, pastikan aku jatuh tepat di dadamu. Jika aku tersungkur, pastikan tanganmu terulur. Jika memang tak ada, pastikan aku sudah ada dalam dekapanmu. Jika aku memang tak goyah, kau perlu tahu satu hal sayang, intinya aku masih bisa berdiri mempertahankanmu meski kau sesungguhnya lelah. Hingga detik ini, berdiriku masih kokoh sayang. Tak goyah dan tak akan goyah. Apalagi lelah. Tidak sayang, lelah bukan tujuanku untuk bersamamu. Kerikil itu, angin itu, dan terik matahari bukan alasanku untuk lelah. Bukan tujuanku untuk behenti dan tersungkur. Aku masih harus berdiri mempertahankan karena kau belum sempurna aku dekap. Aku masih enggan memilih berpindah tempat, karena yakin kau masih tujuan utama. Jika memang berpindah pun, aku tetap akan berdiri mempertahankan. Bukan berjalan menghindar. Bukan menjauh. Bukan juga duduk manis menanti yang lain. Sayang, kau perlu tahu hal lain, bahwa aku sungguh berdiri mempertahankamu.
            Kau tak perlu berdiri mempertahankan, sayang. Aku tahu kau lelah. Aku tahu kau enggan berdiri bersama. Kau tak usah lakukan itu, karena berdiri itu mempertahankan. Tidak selalu dipertahankan. Sayang, dengarlah. Jika memang nanti kau memutuskan beranjak dan tak tinggal, kau pantas melihatku hanya dari dalam rumah. Tersenyum mungkin, atau bahkan tertawa bahagia. Biarkan aku yang menantang matahari. Biarkan aku yang berdiri hebat. Tak ingin tersungkur. Tak ingin menyerah. Aku pastikan, aku akan baik-baik saja. Selama niatku tak tersentuh setan. Selama aku masih ingin mempertahanku dalam dekap. Semoga kau tak pergi sayang. Sudah aku katakan, kehilangan menyakitkan. Sudah aku jelaskan, dan kau tentu paham. Semoga kau tak meninggalkan, karena aku tak ingin ditinggalkan.
            Ingat sayang, berdiri bukan sekedar menapak pada tanah. Tapi mempertahankanmu dalam situasi sesulit apapun.



Annisa Ulfah Miah
Semarang, 30 September 2015
23.35 p.m.