Rabu, 31 Desember 2014

Pertemuan Itu Nyata





            Malam ini, angin berhembus pelan. Suasananya mendayu meski agak gerimis. Langit yang mendung hampir menutupi bulan sabit yang bersinar terang. Bintang-bintang juga tertutup kabut. Hanya satu dua yang terlihat. Itupun juga tak seterang biasanya. Jalanan kota padat merayap. Penuh dengan kendaraan dan ribuan orang yang berjalan menuju alun-alun kota. Ada yang berjalan berkelompok, beriringan, berdua, atau hanya sekedar duduk-duduk di pinggir jalan. Parkiran motor pun membludak. Jalan pecinan yang biasanya ramai dengan pedagang kaki lima, kini berubah menjadi parkiran motor. Alun-alun kota menjelma indah dengan panggung semi permanen yang menjulang. Tak henti-hentinya musik dialunkan dari seorang DJ yang sudah melenggak-lenggok diatas panggung. Puncak tahun baru dimulai dua jam lagi.

            Aku tidak ingin tertinggal dengan perayaan besar ini. Untuk pertama kalinya aku pergi ke alun-alun kota selarut ini. Mengabaikan perintah ayah. Mencoba menenangkan ibu yang marah besar ketika anak perempuannya berani melanggar aturan. Dan aku berhasil. Aku datang ke alun-alun kota. Melihat berbagai jenis aktivitas malam yang masih asing bagiku. Takjub. Aku tidak petnah keluar rumah selarut ini. Tidak pernah merasakan angin malam yang menenangkan. Tidak bisa melihat ribuan cahaya lampu kota tersorot indah. Bagiku, ini semua adalah bayaran. Setelah sekian lama aku harus tenggelam. Merasakan betapa tahun ini sungguh membuatku banyak kehilangan apapun. Aku melirik jam tangan hitam dipergelangan tanganku. Pukul 23.00 WIB. Perayaan tahun baru dimulai satu jam lagi.

            Aku berjalan melintasi toko-toko yang menjelma menjadi lading parkir. Pedagang kaki lima tumpah ruah. Bingung, melayani pembeli yang berteriak minta didahulukan. Aku tersenyum. Setidaknya aku pernah mengalami masa itu. Ya, dua tahun yang lalu. Aku terus berjalan. Mengabaikan seruan orang yang lalu lalang. Mengabaikan pandangan nakal dari pria-pria yang duduk di sekitar toko besar diujung itu. Sesekali aku melempar senyum sinis pada mereka. Aku terus berjalan. Mencoba mencari titik temu yang tepat. Aku berhenti tepat di bawah sinaran lampu kota depan toko besar. Aku melihat sekeliling. Tak ada orang yang aku kenal. Aku kemudian duduk di samping taman. Melemaskan kaki setelah berjalan jauh dari rumah. Berharap dalam hati bertemu seseorang yang aku kenal. Mataku malihat ke kanan kemudian ke kiri begitu berulang-ulang. Melihat kerumunan orang yang saling melempar tawa, saling bercerita, saling memeluk satu sama lain. Aku benar-benar merasakan atmosfer yang berbeda. Anak-anak kecil berlarian sambil membawa terompet berbagai bentuk. Ada juga pasangan kekasih yang saling berpelukan sambil seolah melihat bintang indah. Aku kembali tersenyum. Kemudian menghela nafas pelan. Aku rasa, hanya aku yang merasa sendiri disini. Perayaan tahun baru dimulai setengah jam lagi.

            Aku menyatukan tangan. Mencoba menghangatkan kedua telapak tanganku yang mulai tak tahan dengan dingin. Sesekali aku meniup tanganku agar menjadi lebih hangat. Alun-alun kota menjadi lebih ramai. Jalan utama benar-benar sudah tak bisa digunakan. Para pejalan kaki duduk di jalan raya. Tak menghiraukan beberapa mobil polisi yang lalu lalang mengamankan keadaan. Satu dua menyingkir, kebanyakan tetap duduk tak peduli. Gerimis yang sempat turun, kini sudah tak ada. Hilang. Langit berubah menjadi cerah. Bulan sabit yang tadinya tertutup awan, kini mulai terlihat. Indah sekali. Tak lama kemudian, tiba-tiba lampu seluruh alun-alun kota mati. Tepat pukul 23.45 WIB. Aku tak sabar melihat kembang api pada malam pergantian tahun kali ini. Mataku melihat sekeliling, dan berhenti pada seorang pria. Aku sangat mengenalnya. Dia adalah orang yang selama ini banyak mencuri perhatianku. Bagaimana bisa aku tidak mengenalnya? Setiap malam, aku mendengarkan suaranya melalui telepon. Membaca banyak pesan yang saling dikirimkan. Bagaimana bisa aku bertemu dengannya malam ini? Aku enggan beranjak. Meskipun aku sebenarnya ingin menyapanya. Menemaninya melihat kembang api yang meledak di angkasa. Namun rasanya, tidak mungkin. Aku memperhatikannya dari sini, dari bawah lampu kota yang sudah padam. Dia tidak seperti pria kebanyakan. Dia tak banyak bicara. Pembawaannya tenang. Itu yang membuatku selalu mencarinya. Aku sadar tentang keberadaannya, namun dia tidak. Ia masih sibuk melempar candaan dengan temannya. Tak menghiraukan bahwa aku memperhatikannya dari jauh. Sama seperti biasanya, aku hanya siluet yang jauh. Yang tak bisa disentuh. Tak bisa dilihat. Pantas saja, ia selalu protes karena aku jauh. Setidaknya, itu yang membuatku merindukannya.

            Aku berjalan maju. Hanya sekedar untuk ikut berkerumun. Mataku masih menatap dia. Begitu seterusnya, hingga entah terdorong siapa, aku sampai di sampingnya. Tak berapa lama ia menoleh. Ekspresinya kaget melihatku berdiri disampingnya. Kini, ia menyadari keberadaanku. Tidak ada senyum. Tidak ada sapaan. Aku menyadari kami berdua sama-sama terjebak dalam keadaan canggung. Aku menepis perasaan yang tak beraturan ini. Aku membuang pandangan. Berusaha melangkah mundur agar tak sejajar dengannya. Tiba-tiba seruan terompet menggema bersama. Kembang api mucul dari berbagai sisi. Sungguh indah sekali. Mataku tak henti-hentinya takjub melihat kembang api yang bersautan. Sementara dia berdiri di depanku. Tepat di depanku. Bagaimana bisa kami begitu dekat dalam ingatan, namun begitu jauh dalam nyata? Bagaimana bisa aku menikmati kembang api tahun ini dengan dia yang hanya bisa berdiri di depanku? Yang bahkan tak ada kata sapaan sebagai basa basi kecil. Bagaimana bisa? Dadaku terasa sesak oleh banyak pertanyaan “bagaimana bisa” yang aku timbulkan sendiri. Ironis memang, saat kami jauh, kami saling berusaha untuk mendekatkan diri. Namun, saat jarak itu hilang, saat bayangan menjadi nyata, kami seperti orang lain. Seolah kami melupakan semua yang terjadi. Hilang, lenyap begitu saja. Aku rasa, kami benar-benar terjebak keadaan bila menghadapi pertemuan. Kami masih belum bisa leluasa. Masih sama-sama berusaha melenyapkan bahwa kami sekat dalam ingatan. Miris. 

            Kembang api masih meledak bertubi-tubi di angkasa. Mataku masih menatap. Matanya juga. Kami menatap hal yang sama. Menikmati hal yang sama. Memikirkan hal yang sama? Tidak. Aku rasa kami berbeda. Aku mencoba tetap menikmati kembang api hingga usai. Menatap langit yang hanya tinggal kepulan asap yang membentuk siluet kembang api. Aku sama sekali tak melirik ke arahnya. Sudah cukup bagiku. Meski kami tak berdekatan dalam nyata, setidaknya kami selalu dekat dalam ingatan. Aku yakin ia menyadari ku. Mengerti perasaanku. Atau mungkin ia pura-pura tak tahu. Pura-pura tak mengerti. Pura-pura tak menyadari. Yang jelas, aku telah melangkah jauh meninggalkannya. Berjalan menuju rumah. Mencoba menepis kajadian selama setengah jam yang lalu. Setidaknya aku sudah memutuskan. Dan inilah langkah awalku. Tetap menunggu.


Annisa Ulfah Miah
1 Januari 2015

Rabu, 17 Desember 2014

Resensi Novel Negeri 5 Menara



RESENSI NOVEL
NEGERI 5 MENARA
OLEH : Eka Sabdaningtyas
XII IPS 3/ 10






A. PENDAHULUAN

Novel inspiratif ini dibuat oleh Ahmad Fuadi. Novel ini diterbitkan bulan Agustus tahun 2009 dengan halaman sebanyak 425. Tema novel karya Ahmad Fuadi ni yaitu pendidikan di pondok pesantren. Novel ini dilahirkan karena terinspirasi oleh pengalaman penulis sendiri selama menjalani pendidikan di Pondok Madani, Gontor, pelosok Jawa Timur. Novel Negeri 5 Menara ini sangat direkomendasikan untuk dibaca. Tak hanya cerita yang menarik, namun juga cerita yang disampaikan sangat inapiratif. Hal ini terbukti dengan diraihnya penghargaan "National Best Seller" dan "Indonesia's Most Inspiring Novel". Maka tak heran apabila novel ini banyak ditemukan ditoko buku terdekat.

B. SINOPSIS

Alif seorang pemuda asal Maninjau, Sumatra Barat memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke SMA yang ia inginkan bersama temannya, Randai. Namun keinginannya ditentang oleh orang tuanya. Mereka berharap Alif melanjutkan ke Madrasah Aliyah agar ia bisa menjadi pemimpin agama. Alif mendapat saran dari pamannya untuk melanjutkan ke Pondok Madani, Jawa Timur. Alif awalnya bimbang, namun akhirnya ia mengikuti saran pamannya. Dengan naik bus 3 hari 3 malam bersama sang ayah, ia akhirnya sampai di pondok Madani.
Dipondok ini Alif bertemu dengan Raja, Atang, Dulmajid, Baso dan Said. Alif juga memegang teguh mantra "Manjadda Wajadda" sejak pertama kali ia mendengar mantra ini di pondok. Makna ini memiliki makna bahwa siapa yang bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan pasti akan berhasil. Para santri di pondok ini selalu berkumpul di bawah menara masjid sambil melihat ke awan. Dengan melihat keindahan awan, mereka membayangkan impian mereka. Impian yang ingin mereka wujudkan.
Setelah beberapa tahun berpisah, akhirnya Alif bertemu kembali dengan teman semasa dipondok dulu. Mereka bertemu di London. Mereka saling bernostalgia, mengingat masa lalu dan mengingat impian mereka yang saat ini telah terwujud.


C. UNSUR INTRINSIK

Novel Negeri 5 Menara menghadirkan tokoh utama yang bernama Alif. Alif seorang pemuda yang penurut dan patuh terhadap orang tuanya. Ia rela tudak melanjutkan pendidikan ke SMA yang ia inginkan demi menuruti keinginan orang tuanya. Dulmajid yang jujur, paling keras, gemar membaca dan paling setia kawan. Baso, pemuda yang memiliki jiwa keislaman yang tinggi. Ia pergi ke pondok Madani ini untuk mendalami agama islam (hal. 46). Ada lagi Said makhluk raksasa dengan lengan hitam legam ini memiliki sifat yang dewasa. Bahjan ia ditunjuk menjadi ketua kelas (hal. 45). Raja, pria yang memiliki sifat percaya diri yang tinggi, tidak mudah putus asa. Walau pernah gagal masuj pindok namun ia tak menyerah. Tahun berikutnya ia mencoba. Dan disinilah ia sekarang. Menjadi murid di pondok Madani. Ia juga rajin membaca dan berwawasan luas (hal. 44). Terakhir si Atang. Memiliki sifat humoris dan penurah. Bahkan ia tak segan membayarkan angkot teman-temannya ketika mereka berkeliling Bandung (hal. )221.
Sesuai dengan tema novel ini, maka latar tempat kejadian dalam novel banyak terjadi didalam pondok. Seperti saat Alif sampai pertama kali dipondok Madani (hal. 30). Ketika Burhan mengajak santri baru berkeliling mengenal seluk-beluk pondok Madani (hal. 31-35). Alif dan sahabatnya juga sering menghabiskan waktu di bawah menara masjid untuk bercerita tentang impian mereka (hal. 94). Disamping itu, kelas juga menjadi tempat bagi para santri untuk belajar, menimba ilmu dalam menggapai impian mereka (hal. 104-105).
Suasana yang digambarkan dalam novel mampu membuat para pembaca ikut merasakannya. Seperti digambarkannya suasana tegang saat Alif marah kepada orang tuanya kala ia tak diperbolehkan melanjutkan ke SMA. Suasana senang, penuh harap ketika mereka memandang langit membayangkan impian mereka. Senang, gembira sekaligus terharu ketika Alif bertemu dengan teman seperjuangannya di London, dimana impian mereka kini telah tercapai.
Alur yang digunakan penulis yaitu campuran. Dapat dibuktikan dengan kisah yang awalnya menceritakan masa kini, hingga kemudian menceritakan kehidupan masa lalu. Setelah itu, cerita kembali lagi pada masa kini.
Gaya bahasa yang digunakan cukup sulit dipahami. Karena ini novel pendidikan di sebuah pesantren, maka banyak bahasa asing yang baru didengar.

D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Novel yang meraih penghargaan best seller ini memiliki beberapa kelebihan. Dengan membaca novel ini pembaca dapat ikut terinspirasi oleh kegigihan para tokoh dalam mengejar impian mereka. Memberikan banyak pelajaran mengenai nilai-nilai keislaman. Pembaca juga sekaligus dapat belajar bahasa asing yang disajikan novel ini. Novel yang sangat inspiratif sehingga cocok dijadikan bacaan untuk kaum pelajar. Indahnya persahabatan juga menjadi hal yang menarik dalam novel ini. Persahabatan yang mereka jalani benar-benar membawa dampak yang positif.
Disamping itu, novel ini memiliki kekurangan. Ada beberapa kata dalam bahasa asing yang tidak diterjemahkan. Seperti pada halaman 61 dan 63. Hal ini tentu saja menyulitkan bagi pembaca yang tidak tau akan maknanya.

D. KESIMPULAN

Novel ini memang menjadi salah satu novel paling direkomendasikan untuk dibaca. Bagi pelajar, novel Negeri 5 Menara ini dapat dijadikan acuan bagi mereka untuk menggapai impian mereka. Kegigihan serta kerja keras para tokoh patut diacungi jempol dalam meraih impian mereka. Novel ini mengandung banyak sekali pelajaran hidup yang patut dicontoh oleh pembaca. Jadi, novel ini sangat direkomendasikan bagi kalian yang suka membaca novel, terutama bagi pelajar. Karena dengan membaca novel ini, semangat dalam meraih impian akan muncul.

Selasa, 16 Desember 2014

RESENSI NOVEL M. NASRUL FAUZAN




TUGAS BAHASA INDONESIA
RESENSI FILM “99 CAHAYA DI LANGIT EROPA”




MUHAMMAD NASRUL FAUZAN
XII IPS 3/13
2014/2015


A.      PENDAHULUAN

Film ini dirilis pada tahun 2013 yang bertema drama religi. Disutradarai oleh Guntur Soeharjanto, produser dari Ody M Hidayat dan ditulis oleh Alim Sudio, Hanum Salsabila, dan Rangga Almahendra. Film ini diperankan oleh Acha Septriasa, Abimana Aryasatya, Raline Shah, Nino Dernandez, Dewi Sandra, Marissa Nasution, dan Alex Abbad. Lokasi pengambilan film ini di Negara Perancis, Negara Austria dan sekitar Eropa. Durasi dari film ini 100 menit.

                


B.      SINOPSIS
           Film ini adalah catatan perjalanan atas sebuah pencarian. Pencarian cahaya Islam. Tinggal di Eropa selama 3 tahun adalah untuk menjelajah Eropa dan segala isinya. Hingga akhirnya Hanum menemukan banyak hal lain yang lebih baik dari sekedar Menara Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart, Stadion Sepakbola San Siro, Colloseum Roma. Pencariannya telah mengantarkan mereka pada daftar tempat-tempat ziarah baru di Eropa. Mereka tak menyangka Eropa sesungguhnya juga menyimpan sejuta misteri tentang Islam. Eropa dan Islam. Hanum dan Suaminya merasakan ada manusia-manusia yang terus bekerja untuk memperburuk hubungan keduanya. Perempuan muslim di Austria, yang bernama Fatma Pasha. Hanum dan Fatma mengatur rencana. Mereka akan mengarungi jejak-jejak Islam dari barat hingga ke timur Eropa. Dari Andalusia Spanyol hingga ke Istanbul Turki. Dan perjalanan pertamanya mengantarkan ke Kota Paris.
 Di Paris, Hanum bertemu dengan seorang mualaf, yang bernama Marion Latimer yang bekerja sebagai ilmuwan di Arab World Institute Paris. Marion menunjukkan kepada Hanum bahwa Eropa juga adalah kebesaran Islam. Eropa menyimpan sejarah Islam yang luar biasa. Museum Louvre, Pantheon, Gereja Notre Dame hingga Les Invalides semakin membuatnya yakin dengan agamanya. Islam pernah bersinar sebagai peradaban paling maju di dunia, ketika dakwah bisa bersatu dengan kedamaian, bukan dengan teror atau kekerasan.







C.      KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Novel ini mengajarkan kita untuk selalu yakin dan cinta akan agama kita, Islam. Bahwa Islam memiliki seni, perdamaian, dan ilmu. Dan pada film dan novel ini kita tau bahwa di Eropa dulunya banyak sekali peradaban Islam. Selain itu, juga banyak kata kata mutiara yang memotivasi
Kekurangan novel ini yaitu bahasa percakapan baku sehingga kurang mudah untuk diresapi.


Senin, 01 Desember 2014

RESENSI NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH

KETIKA BEDEBAH BERAKSI 
(Oleh: Annisa Ulfah 12IPS 3/01)
 
 A.  Pendahuluan

Novel yang ditulis oleh Tere Liye ini berjudul Negeri Para Bedebah. Novel ini terbit pada bulan Juli, 2012 dengan ketebalan 20 cm yang terdiri dari 440 halaman. Novel karya Tere Liye ini berbeda dengan novel sebelum-sebelumnya. Kali ini Tere Liye mengangkat genre politik ekonomi, berbeda dengan yang sebelumnya yang bergenre romantisme dan keluarga. Novel ini sangat menarik bagi pembaca, khususnya bagi para pembaca dewasa yang menyukai dunia politik dan ekonomi. Sanpul novel ini bergambar sebuah pria dengan menggunakan topeng yang diumpamakan sebagai bedebah dengan seekor domba putih. Novel ini pertama kali keluar bulan Juli, 2012. Cetakan kedua keluar bulan September pada tahun yang sama. Novel ini adalah novel bestseller yang dapat ditemukan di seluruh toko buku di Indonesia.

B. Sinopsis

            Novel “Negeri Para Bedebah” ini menceritakan kehidupanh Thomas, seorang konsultan keuangan profesional yang ingin membalaskan dendam keluarganya di masa lalu. Ketika usia Thomas 10 tahun, ia harus menghadapi kenyataan bahwa orang tuanya mati terbakar dan bisnis keluarganya hancur lebur. Hal itu membuat Thomas harus tinggal di sebuah sekolah berasrama seorang diri.
            Hidup seorang diri di asrama memaksa Thomas tumbuh menjadi pemuda yang berani. Setelah menyelesaikan sekolahnya di asrama, ia melanjutkan sekolahnya di sebuah universitas ternama di luar negeri dengan mengambil program bisnis. Karena ketekunannya, Thomas menjadi seorang konsultan keuangan profesional ternama. Hidupnya kini telah berubah, namun kembali terusik ketika Bank Semesta milik Om Liem mengalami masalah. Mau tidak mau, Thomas harus menyelamatkan bank milik omnya itu karena bagaimanapun, Bank Semesta memiliki andil yang cukup besar bagi perekonomian negara dan kemajuan bisnis keluarga Thomas. Usaha penyelamatan Bank Semesta berhasil, Wusdi dan Tunga, dua petimggi kepolisian dan kejaksaan adalah dalang dibalik semua ini.

C. Unsur Instrinsik Novel
Novel ini bertemakan politik ekonomi. Sesuai dengan temanya, novel ini banyak mengangkat tentang masalah ekonomi dan masalah politik. Latar tempat yang digunakan dalam novel ini sebagian besar berada di  Jakarta. Banyak kejadian penting yang terjadi di Jakarta seperti ketika Thomas datang ke sebuah klub petarung di Jakarta. Ia berniat untuk menghajar lawan-lawannya meskipun ia baru saja pulang menghadiri konferensi pers di London (Hal 26).  Selain Klub Petarung, ada beberapa tempat lain seperti rumah Om Liem yang Thomas datangi ketika ia mengetahui Om Liem ditangkap polisi. Ia langsung berinisiatif membawa Om Liem ke tempat peristirahatan Opa di daerah Waduk Jatiluhur (Hal 43). Rumah peristirahatan Opa juga merupakan tempat yang penting, karena disinilah Thomas harus menyembunyikan Om Liem dari kejaran polisi yang ingin menahannya (Hal 72). Selain di Jakarta, Thomas juga banyak menghabiskan waktunya di Kapal Pesiar Pasifik miliknya. Disinilah setelah kabur untuk kesekian kali, Thomas membawa rombongannya ke kapal pasifik yang berada di dermaga yatch di daerah Kepulauan Seribu untuk sekedar menghindari polisi yang ingin mengangkap mereka (Hal 217).
Seluruh kejadian penting itu terjadi di masa modern. Segala tekhnologi canggih sudah tersedia. Bahkan staff di kantor Thomas sudah dapat mendapatkan banyak informasi hanya melalui beberapa handphone dan komputer yang tersedia (hal 154). Selain itu, kapal pesiar pasifik yang merupakan hadian ulang tahun dari Opa untuk Thomas juga merupakan salah satu kapal terbaik yang menggunakan navigasi paling canggih (Hal 331).
Dalam novel ini banyak terjadi kejadian yang tidak terduga, penulis dapat membawa para pembaca menjadi ikut tegang. Seperti ketika Thomas harus berlarian kesana-kemari menjadi buronan polisi (Hampir di semua bab). Serta para pembaca dapat merasa tertantang karena hampir semua keputusan yang Thomas lakukan adalah keputusan nekat yang sangat beresiko (Hampir di semua bab). Selain itu, para pembaca akan dibuat penasaran dengan akhir dari cerita yang tidak dapat terduga dan seakan-akan seperti dirahasiakan (2 bab terakhir.)
Alur yang digunakan dalam novel ini campuran. Artinya novel ini beralur maju namun sesekali kembali ke masa lalu. Seperti ketika perjalan Thomas dimulai dengan harus tumbuh seorang diri hingga ia menjadi konsultan keuangan ternama. Di tengah cerita akan ada masa ketika Opa menceritakan proses pengungsiannya diatas kapal bocor hingga ia bias mnjadi salah satu orang tersukses di negerinya.
Gaya bahasa yang digunakan cukup sulit karena bergenre politik- ekonomi yang banyak menggunakan istilah-istilah yang tidak diketahui kaum awam. Istilah istilah tersebut banyak muncul pada bab pertama dan kedua. Selain itu, kasus yang terjadi juga kasus yang berdasarkan politik dan ekonomi. Seperti saat Wusdi dan Tunga dengan teganya membuat keluarga Thomas bangkrut dengan tipuan politiknya (Hal 289). Jalan cerita novel ini juga dibungkus sedemikian rapi sehingga ending dari novel sulit ditebak.
Novel ini banyak memberikan pesan moral, belajar dari usaha Thomas untuk menyelamatkan Bank Semesta, kita harus bisa menjadi orang yang tangguh dan tidak boleh menyerah pada keadaan. Kita juga harus bisa menjadi orang yang bertanggung jawab dan berani mengambil resiko atas semua keputusan yang telah diambil. Seperti Thomas yang selalu bertanggung jawab ketika ia harus mengambil keputusan yang nekat sekalipun. Selain itu, kita juga tidak boleh mudah percaya pada orang lain. Belum tentu orang yang baik itu memiliki niat baik kepada kita. Juga sebaliknya, belum tentu orang jahat itu memiliki niat jahat kepada kita.
Dalam novel ini, Thomas hadir sebagai pria yang pemberani, petarung sejati, tidak mudah menyerah, dan juga penyayang,. Itu semua terbukti ketika Thomas berani mempertaruhkan nyawanya hanya demi menyelamatkan Bank Semesta. Ia tak peduli dengan semua resiko yang sudah menantinya. Yang terpenting, ia ingin Bank Semesta, Om Liem, dan juga Opa selamat. Thomas memang pantas menyelamatkan Opa, karena Opa adalah orang yang sangat penyayang, pekerja keras, ramah, dan sabar. Opa selalu tersenyum dengan apapun kondisinya. Meskipun ia harus menahan sakit ketika Thomas membawanya kabur kesana-kemari, Opa tetap menyayangi cucu kesayangannya itu. Baginya, Thomas adalah harta yang paling berharga. Berbeda dengan Opa dan Thomas, Om Liem bukanlah orang pemberani, ia juga bukan orang yang bertanggung jawab. Namun, dibalik itu semua, Om Liem adalah orang yang penyayang. Ia sangat menyayangi Thomas, seperti ia menyayangi anaknya sendiri. Sedangkan kedua musuh Thomas, Wusdi dan Tunga, mereka berdua adalah orang yang jahat. Mereka juga tega menghianati keluarga Thomas hanya demi aset-aset keluarga Thomas agar bias dimiliki oleh mereka. 

D. Kelebihan dan Kekurangan Novel
 
Kelebihan dari novel ini adalah dapat mengajarkan kita menjadi orang yang mandiri dan menjadi orang yang selalu berusaha. Kita juga tidak boleh mudah menyerah pada keadaan. Seperi yang dilakukan Thomas ketika ia harus hidup sendirian di sebuah asrama tua, hingga ia tumbuh dewasa dan menjadi konsultan keuangan professional.
Novel ini juga dapat membuat kita berani bermimpi. Menyadari kalau semua yang terjadi di dunia ini adalah kehendak dari Tuhan. Tidak ada yang terjadi kebetulan. Semua sudah diatur oleh Tuhan. Semua yang tidak mungkin akan menjadi mungkin bagi Tuhan. Nah, karena kuasa Tuhanlah, orang yang benar akan menuai kemenangan di kemudian hari. Seperti yang dilakukan Thomas, ketika ia harus berusaha untuk menyelamatkan Bank Semesta, ia harus berjuang mati-matian hingga akhirnya usahanya berhasil. Bank Semesta dapat diselamatkan berkat usaha Thomas dan tentu saja karena kuasa Tuhan.  
Nilai persahabatan dan setia kawan juga sangat kental dalam novel ini. Persahabatan memang tidak bias terpisahkan oleh apapun. Meski telah berpisah lama, seorang sahabat tidak mungkin melupakan begitu saja. Ketika tertimpa masalahpun, sahabat akan siap menjadi orang yang akan membantu dan berdiri di barisan paling ujung. Persahabatan tidak mengenal perbedaan umur dan waktu. Asalkan saling nyaman, saling mengerti, dapat menyatukan pikiran, sahabat akan jadi sosok yang sangat menyenangkan. Sama seperti yang dialami Thomas, saat ia perlu bantuan, entah mengapa selalu saja ada sahabat yang dating untuk membantunya. Rela berkorban untuknya. Semua itu dilakukan demi sahabat. Demi orang yang selama ini selalu ada ketika kita butuhkan.
Selain beberapa kelebihan, novel ini juga memiliki beberapa kekurangan. Novel ini memiliki tingkat bahasa yang cukup tinggi. Banyak istilah yang tidak akan dimengerti oleh kaum awam. Istilah-istilah yang terkandung juga hanya dapat ditemukan di kosa kata politik ekonomi. Seperti subprime montage, preventive strike, indeks saham, CFO, CEO, dll (Bab I). Maka dari itu, membutuhkan pengertian ekstra untuk dapat mengerti jalan cerita dari novel tersebut. Jika tidak dimengerti benar, maka para pembaca tidak akan tahu apa yang akan disampaikan oleh penulis dalam novel ini. Meski begitu, novel ini tetap menarik bagi semua kalangan. Meski dalam sampul novel tertulis hanya untuk orang dewasa, ternyata novel ini juga dikonsumsi oleh pelajar SMA dan beberapa mahasiswa khusunya yang berprogram studi bisnis, politik, dan ekonomi.